![]() |
Daurah Ramadhan: Balaghah |
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ
بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ
ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini
dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit
dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa
yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 79)
Lafal waylun lahum (celakalah mereka) diulang
sebanyak tiga kali termasuk bentuk penambahan kalimat dengan maksud tertentu (al-ithnâb),
berfaidah menegaskan (taukîd) celaan, teguran keras dan penilaian buruk
atas kejahatan mereka, yakni menyimpangkan isi Taurat.
Dimana dalam ayat sebelumnya, digambarkan kejahatan
mereka menyembunyikan ilmu Allah dalam Taurat berkenaan dengan kebenaran adanya
rasul akhir zaman:
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا
آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا
فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila
mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu
menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan
Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di
hadapan Rabb-mu; tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-Baqarah [2]: 76)
Frasa fatahaLlâhu merupakan bentuk kiasan (isti’ârah)
dimana dalam ayat ini dipinjam istilah fataha (membuka) untuk mewakili istilah syaraha
(menjelaskan), yakni Allah telah menjelaskan dengan membuka hakikat keberadaan
nabi akhir zaman sejelas-jelasnya dalam Taurat, yang akhirnya mereka
sembunyikan, lalu mereka simpangkan dan nisbatkan kepada Allah, sungguh
kedustaan berat.
Kalimat liyasytarû bihi tsaman[an] qalîl[an]: diawali
huruf lâm al-ta’lîl (tujuan), tujuan kaum Yahudi mengubah isi Taurat
demi mendapatkan nilai dunia yang sedikit. Kalimat isytarâ merupakan
bahasa kiasan yang dipinjam (isti’ârah) untuk menggambarkan betapa
rendahnya perbuatan yang mereka lakukan, hingga seakan-akan memilih transaksi perniagaan
yang sangat merugikan, dimana manusia umumnya justru mencari perniagaan yang
menguntungkan, ditunjukkan oleh frasa tsaman[an] qalîl[an] (harga
yang rendah).
Frasa tsaman[an] qalîl[an]
(harga yang rendah): al-tsaman, asal-usulnya adalah al-musytarâ bihi
(harga pengganti dari barang yang dibeli), yang disifati dengan sifat sangat
sedikit (qalîl), ini semakin menambah celaan atas mereka, betapa
rendahnya perbuatan mereka yang menukar petunjuk Islam dengan kesesatan,
melakukan jual beli yang jelas-jelas merugikan.
Silahkan bandingkan dengan
perbuatan ulama su’ dan pendukungnya di zaman ini, yang berani mengklaim ajaran
Khilafah “bukan ajaran Islam”, “tertolak di sini”, hingga ada yang lebih berat
lagi mengklaim ajaran Khilafah “ajaran radikal teroris”.
**************
In sya Allah kajian seperti
ini yang akan kami uraikan dalam sesi Daurah Balaghah Al-Qur'an & Hadits
Nabawi di Bandung.
Ahad, 26 Mei 2019
Pukul 08.00 s.d. 14.30 WIB
Masjid Al-Fatah, Jl. Kolonel
Masturi No. 41, Lembang, Bandung Barat Cluster Pesona Bandung
**************
Irfan Abu Naveed Al-Atsari
Dosen Bahasa Arab, Pengasuh
Pondok STIQ di Cianjur, Narasumber & Penulis Kajian-Kajian Tafsir-Balaghah
Comments
Post a Comment