:: Sekilas
Kajian Syarah Hadits, Atsar & Balaghahnya ::
Oleh: Irfan Abu
Naveed Al-Atsari
[Peneliti di
Raudhah Tsaqafiyyah Daerah Jawa Barat, Penulis buku kajian tafsir & balaghah
"Menggugah Nafsiyyah Dakwah Berjama'ah"]
Ada hal yang
menarik disebutkan dalam riwayat yang menggambarkan Umar bin Al-Khaththab r.a.
mencintai topik pembicaraan Rasulullah ﷺ
seputar Khilafah. Umar
bin al-Khaththab r.a. berkata:
ثَلَاثٌ لَأَنْ يَكُونَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَيَّنَهُمْ لَنَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا:
الْخِلَافَةُ، وَالْكَلَالَةُ وَالرِّبَا
“Tiga perkara, jika Rasûlullâh ﷺ menerangkannya kepada kami, lebih
aku sukai daripada dunia dan seisinya adalah: Al-Khilafah, al-kalalah dan
riba.” (HR.
Al-Hakim, Abu Dawud al-Thayalisi, al-Baihaqi. Redaksi al-Hakim)
A.
Keterangan Singkat Hadits:
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam
al-Mustadrak 'ala al-Shahihain (no. 3188), al-Hakim menuturkan:
هذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ
"Ini merupakan hadits shahih sesuai syarat
al-Syaikhayn (al-Bukhari dan Muslim) meskipun keduanya tidak
meriwayatkannya."
Dikomentari
al-Hafizh al-Dzahabi: "Sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim".
Diriwayatkan
pula oleh Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 60), dengan redaksi:
"أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ حُمْرِ
النَّعَمِ". Diriwayatkan pula oleh al-Baihaqi dalam al-Sunan
al-Kubra (no. 12645).
B.
Penjelasan
Hadits:
1- Keistimewaan
Sosok Umar bin al-Khaththab r.a.
Umar bin
al-Khaththab r.a. termasuk seutama-utamanya sahabat Rasulullah ﷺ,
Khalifah pertama yang digelari Amir al-Mu'minin, dan dijuluki sebagai al-faruq
(pemisah antara haq dan batil).
Menariknya,
riwayat ini mengaminkan banyaknya pembicaraan Rasulullah ﷺ
soal khilafah, dipertegas dengan banyaknya riwayat terkait, nikmati sajian
berikut ini:
Khilafah dalam
Islam: http://bit.ly/2CE7oxh
2- Makna
Istilah Khilafah
Khilafah dalam
riwayat ini, begitu pula dalam riwayat-riwayat lainnya dalam sudut pandang ilmu
al-bayan (balaghah) termasuk lafal hakiki, bukan majazi, faidahnya untuk
menekankan pada aspek kejelasan hal yang dimaksud.
Dari sudut
pandang ilmu ushul, istilah khilafah termasuk istilah fiqhiyyah sebagaimana
ditegaskan Syaikhul Ushul 'Atha bin Khalil Abu al-Rasytah -hafizhahuLlah- dalam
rubrik soal jawabnya, dalam perinciannya jelas ia mengandung haqiqah lughawiyyah
dan syar'iyyah. Bukan sembarang istilah dan tak sembarang orang bisa seenaknya
mendefinisikannya, wajib digali dari nas-nas syari'ah.
Apa itu
al-Khilafah? Al-Khilafah: topik ini berbicara tentang sistem pemerintahan yang
khash dalam Islam, sebagaimana diuraikan oleh para ulama. Al-'Allamah Al-Qadhi
Taqiyuddin al-Nabhani (w. 1396 H) mendefinisikan secara mapan:
الخلافة هي رئاسة عامة للمسلمين جميعا في الدنيا لإقامة
الأحكام الشرعية، وحمل الدعوة الإسلامية إلى العالم
“Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
Muslim di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syari’ah dan mengemban dakwah
Islam ke seluruh penjuru dunia.”
Menyoal makna
khilafah, silahkan nikmati sajian berikut ini:
3- Keistimewaan
Topik Khilafah
Dalam hadits di
atas, digambarkan bahwa Umar bin al-Khaththab r.a. sangat mencintai topik
pembicaraan Rasulullah ﷺ tentang Khilafah, Kalalah dan Riba. Kecintaan tersebut
diungkapkan dengan perumpamaan:
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
"Lebih aku
cintai daripada dunia dan isinya".
Dalam redaksi
lainnya:
"أَحَبُّ
إِلَيَّ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ"
"Lebih aku
cintai daripada unta merah".
Ungkapan
perumpamaan di atas merupakan perumpamaan dari betapa kuatnya kecintaan
tersebut, hatta dilebihkan daripada dunia dan segala isinya, dan daripada unta
merah yang menjadi simbol kemewahan duniawi pada masa itu. Hal itu terbukti
kemudian, ketika topik al-kalalah dan al-khilafah pun kembali diingatkan oleh
lisan Umar bin al-Khaththab sendiri ketika ia menjabat sebagai seorang
Khalifah.
Dalam
perinciannya, kecintaan Umar bin al-Khaththab r.a. ini mengandung dimensi
ukhrawi, hingga ia tak ternilai dengan nilai dunia dan segala isinya. Sehingga
relevan jika para sahabat pun berijma' atas kewajiban menegakkan kekhilafahan
ini, ini buktinya:
Kecintaan Umar
ini, relevan dengan pentingnya kedudukan khilafah dalam Islam, sebagaimana
disaksikan oleh banyak hadits Rasulullah ﷺ, dan
ditegaskan para ulama mu'tabar dalam maqalat mereka.
Silahkan
nikmati sajian ini:
Tadzkirah:
Poin ini
hendaknya menjadi bahan perenungan orang-orang di zaman ini yang giat menstigma
negatif isu khilafah dengan tuduhan "bukan ajaran Islam",
"ajaran radikal (dalam konotasi negatif)", sehingga hakikatnya
menikam ajaran Islam itu sendiri. Lalu, siapa yang lebih layak dipercaya soal
Khilafah ini? Rasulullah ﷺ dan Umar bin al-Khaththab r.a. atau oknum-oknum zaman ini yang
anti khilafah?! (bersambung).
والله أعلم بالصواب
Comments
Post a Comment