Oleh: Irfan Abu Naveed, M.Pd.I [1] I stilah jâhiliyyah merupakan istilah qur’ani [2] , al-Qur’an al-Karim telah menyebutkannya dengan konotasi tertentu, dan menggambarkan ruang lingkupnya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta kaum tertentu, dengan kata lain stigma jahiliyyah sebenarnya tidak melekat kepada kaum Kafir Qurasyi semata, tapi bisa melekat kepada kaum selainnya dan bahkan kondisi kekinian, dimana Allah ’Azza wa Jalla pun telah membimbing kita untuk berlindung dari sifat jahiliyyah: وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً ۖ قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۖ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ {٦٧} “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah
Penulis & Peneliti Kajian Tafsir & Balaghah al-Qur'an & al-Hadits