Oleh: Irfan Abu Naveed
Pengertian Ilmu Balaghah[1]
Balaghah secara
etimologi yakni:
الوصول والانتهاء إلى الغاية
“Sampai
dan berakhir pada tujuan.”
Sedangkan dalam
terminologi ulama balaghah yakni:
أن يكون الكلام مطابقًا لمقتضى أحوال المخاطبين مع فصاحته
“Menjadikan
perkataan sesuai dengan keadaan pihak-pihak yang diseru disertai kefasihannya.”
Maka suatu
perkataan yang mengandung unsur balaghah itu memiliki dua ciri:
Pertama, Kefasihan (الفصاحة) yang secara etimologi bermakna tampak nan jelas (الظهور والوضوح). Secara terminologi ulama ahli balaghah yakni berupa perkataan
yang jelas maknanya, mudah pelafalannya, benar susunannya dan sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa semisal nahwu dan sharaf (tata bahasa arab).
Kedua, Kesesuaian perkataan dengan keadaan pihak yang diseru (المخاطب). Dari sinilah kita bisa memahami perkataan
Arab:
لكل مقام مقال
“Atas setiap kedudukan itu ada
perkataan tertentu untuknya.”
Maka
ilmu balaghah menunjukkan kepada kita ungkapan yang benar, dan menunjuki kita
ragam pola penyusunan kalimat yang bermanfaat dan berpengaruh kuat.[2]
Klasifikasi Ilmu Balaghah
Dalam
penjabarannya, ilmu balaghah diklasifikasikan menjadi tiga:
Pertama, Ilmu Ma’âni (علم المعاني): ilmu yang membahas kesesuaian perkataan atau ungkapan dengan
keadaan pihak yang diseru[3], atau ilmu yang memahamkan kita terhadap pola kalimat
yang benar yang sesuai dengan suatu keadaan[4], atau dengan kata lain membahas tentang makna-makna
dengan ragam pola untuk digunakan dalam berbagai keadaan yang bersesuaian
dengannya.[5] Mencakup pembahasan: al-khabar wa al-insyâ’,
al-musnad wa al-musnad ilayh, al-qashr, al-fashl wa al-washl, al-îjâz wa
al-ithnâb.
Kedua, Ilmu Bayân (علم البيان): ilmu yang membahas pengungkapan atas suatu makna dengan
gambaran atau bentuk yang beragam. Mencakup pembahasan; al-tasybîh,
al-isti’ârah, al-majâz, al-kinâyah.[6]
Ketiga, Ilmu Badî’ (علم البديع): ilmu yang membahas pola-pola bentuk ungkapan yang
mempercantik dan memperindah perkataan atau ungkapan mencakup hiasan yang
bersifat lafzhiyyah atau ma’nawiyyah, mencakup pembahasan: al-thibâq,
al-muqâbalah, al-saj’u, al-jinâs.[7]
Contoh Ungkapan Balîgh (I):
Surat Rasulullah –shallaLlâhu ‘alayhi wa sallam-
kepada Kaisar Romawi:
من محمد رسول الله إلى صاحب الروم
إني أدعوك إلى الإسلام، فإن أسلمت فلك ما للمسلمين وعليك ما عليهم.
فإن لم تدخل في الاسلام فأعط الجزية، فإنّ الله تبارك وتعالى يقول: قاتِلُوا الَّذِينَ
لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلا يُحَرِّمُونَ ما حَرَّمَ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ، وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ،
حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صاغِرُونَ. وإلا فلا تحل بين الفلّاحين
وبين الإسلام أن يدخلوا فيه، أو يعطوا الجزية.[8]
Terjemah
Teks:
“Dari Muhammad Rasulullah –shallaLlâhu
‘alayhi wa sallam- kepada Kaisar Romawi:
“Sesungguhnya aku menyeru
engkau kepada Islam, jika engkau masuk Islam maka bagimu hak sama seperti kaum
muslimin lainnya, dan kewajiban bagimu sama seperti kewajiban mereka. Namun
jika engkau tidak mau masuk Islam maka tunaikanlah jizyah, dan sesungguhnya
Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa berfirman:
{قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا
يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّىٰ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ
عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ}
“Perangilah orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan
mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak
beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang
diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh
sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. Al-Tawbah [9]: 29)
Jika tidak maka janganlah
engkau menghalangi antara wargamu dengan Islam untuk memasukinya, atau tunaikanlah
oleh kalian jizyah.”
Contoh Ungkapan Balîgh (II):
Ayat al-Qur'an yang agung ini, salah satu ayat yang ringkas namun penuh
makna:
{وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ
حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}
“Dan dalam qishaash itu
ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya
kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 179)
Dalam ilmu balaghah, ia termasuk al-îjâz bi al-qashr. Yang dimaksud dengan al-îjâz (الإيجاز) yaitu:
هو جمع المعاني المتكاثرة تحت
اللفظ القليل الوافي بالغرض مع الإبانة والإفصاح
“Bentuk ungkapan yang mengumpulkan makna-makna yang berlimpah di bawah
lafazh yang ringkas, padat dengan maksud disertai kejelasan dan ungkapan yang
fasih.”
Contoh Penerapan Ilmu Balaghah dalam Memahami al-Qur'an dan al-Sunnah:
- Contoh I: Balaghah QS. Al-Fatihah: Link
- Contoh II: Balaghah Ayat Perintah Dakwah (QS. Âli Imrân [3]: 104): Link
- Contoh III: Balaghah Hadits al-Imam Junnah: Link
- Contoh IV: Balaghah Ayat Qishash [Pengantar Memahami Keagungan Di Balik Perintah Syariat dalam Perintah Qishash (QS. Al-Baqarah: 179)]: Link
[1] Tim Pakar, Al-Balâghah wa al-Naqd, Riyâdh: Jâmi’atul
Imâm Muhammad bin Su’ûd al-Islâmiyyah, Cet. II, 1425 H, hlm. 18-20.
[2] Ibid, hlm. 20.
[3] Ibid, Al-Balâghah
wa al-Naqd, hlm. 36
[4] Dr. Abdul Aziz bin Ali al-Harbi, Al-Balâghah
al-Muyassarah, Beirut: Dâr Ibn Hazm, Cet. II, 1432 H/2011, hlm. 21.
[5] Tim Pakar, Al-Balâghah wa al-Naqd, hlm. 102.
[6] Ibid, Al-Balâghah
wa al-Naqd, hlm. 126.
[7] Ibid, Al-Balâghah
wa al-Naqd, hlm. 102-103.
[8] Abu ‘Abdullah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad
(Jamaluddin Ibn Hadidah (w. 783 H)), Al-Mishbaah al-Mudhiy fii Kitaab
al-Nabiy al-Ummiy wa Rusulihi ilaa Muluuk al-Ardh min ‘Arabiy wa ‘Ajamiy,
Beirut: ‘Aalam al-Kutub, juz II, hlm. 103.
Comments
Post a Comment