Oleh: Irfan Abu Naveed
(Penulis Buku Jin & Dukun Hitam Putih Indonesia)
Dalam
kehidupan di bawah naungan sistem rusak Demokrasi saat ini, tak sedikit kaum
awam yang terkelabui dengan beragam penampilan dukun. Tak jarang di antaranya
temuan saya: semisal kasus “menjaga” rumah atau bangunan baru dengan cara
mistis: menyembelih kerbau lalu kepalanya ditanam di pondasi rumah sebagai
sesaji atau dengan memercikkan darah binatang sembelihan di dinding atau sudut
rumah, atau menggunakan “apel jin” dengan biaya jutaan. Itu bukan cara syar’i
dan jelas kebatilannya, kerugiannya mencakup rugi dunia dan akhirat;
konsekuensi dosa dan harta mubadzdzir yang tak sedikit harus dikeluarkan, wal
‘iyaadzu biLlaah.
Padahal Islam punya solusi syar'i berpahala, ringan dan jitu in sya Allah:
Dalil-Dalil
Meruqyah Tempat
Ruqyah
tempat Ini mencakup rumah, kamar pengantin, tempat usaha, dan lainnya. Tentang
ruqyah, dalam kitab Fatawa al-Azhar, para ulama menjelaskan:
الرقى جمع رقية، وهى كلمات يقولها
الناس لدفع شر أو رفعه ، أى يحصنون بها أنفسهم حتى لا يصيبهم مكروه ، أو يعالجون
بها مريضا حتى يبرأ من مرضه.
“Al-Ruqa’ jamak dari
ruqyah, merupakan kata-kata yang diucapkan manusia untuk menangkal keburukan
atau menghilangkannya, yakni membentengi diri dari hal-hal yang dibenci
dengannya, atau mengobati orang yang sakit hingga terbebas dari penyakitnya.”
Gambaran
do’a, ruqyah sebagai perlindungan syar’i disebutkan dalam hadits shahih:
مَنْ قَرَأ عَشرَ آيات مِن سُورة
البقرةِ في بَيت لم يَدْخُل ذلك البَيْتَ شَيْطَان تلك اللَيلةَ حتى يُصْبحَ
أربَعَ آيات مِنْ أوَّلَها وآية الكُرسِي وآيتينِ بَعدَها وخوَاتِيمهَا
“Barangsiapa yang membaca
sepuluh ayat dari surat al-Baqarah dalam satu rumah, syaithân tidak akan masuk
ke dalam rumah tersebut pada malam itu hingga datang waktu pagi, yaitu empat
ayat pada awal surat ditambah ayat kursi dan dua ayat sesudahnya dilanjutkan
dengan ayat di akhir surat.” (HR. Muslim & Ibn
Hibbân dalam shahîh-nya)
Khaulah binti al-Hakim
al-Salamiyyah r.a. berkata, ‘Aku mendengar Rasûlullâh –shallaLlâhu ‘alayhi
wa sallam– bersabda:
مَنْ نَزَلَ مَنْزِلا ثُمَّ قَالَ:
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، مَا يَضُرُّهُ
شَيْء حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ.
“Barangsiapa singgah di
suatu tempat lalu mengatakan: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allâh yang
sempurna dari keburukan apa yang diciptakan-Nya”, maka ia tidak akan ditimpa
oleh marabahaya apapun sampai ia pergi dari tempat singgahnya itu.” (HR.
Muslim)
Al-Hafizh al-Nawawi menjelaskan:
“Yang dimaksud dengan kalimat-kalimat Allâh yang sempurna adalah kata-kata yang
tak mengandung kekurangan maupun cela, dan ada yang mengatakan, ‘Yang
bermanfaat dan menyembuhkan,’ ada pula yang mengatakan maksudnya adalah
al-Qur’ân.”
Syaikh Isma’il Zayn ditanya oleh seseorang: “Apa pendapatmu –semoga Allah senantiasa memuliakanmu- tentang perbuatan menjaga kebun dengan sihir, do’a atau anjing. Apakah semua itu diperbolehkan?”
Syaikh Isma’il menjawab:
مستمدّا من الله التوفيقَ للصوابِ:
إنّ حماية البستان بالسحرِ لاتجوز قطعا لحرمة استعمال السحر مطلقا، وأما حمايتُهُ
بالدعاء أو بالكلب فذلك جائز وقد وردت السنة بذلك فقد ورد في الشرع أدعيةٌ وأذكارٌ
يقولها المسافرُ إذا نَزَلَ مَتْرِلا لِيَبِيْتَ فيه فيكون ذالك سَبَبا لحفْظِهِ
في ذلك المكانِ من كل أفَةٍ أو عاهةٍ ومن شرّ الجنّ والإنسِ فاذا أتى الإنسانُ
بتلك الأدعيةِ والأذكارِ أو بغيرِها مما هو مأثورٌ شرعا لقصدِ حفظِ بستانه أو
غيرِهِ من مال أو أهلٍ أو ولد فإنّ ذلك جائزٌ بل سنةٌ وكذلك الحِرَاسَةُ للبستانِ
بالكلبِ جائِزَةٌ ففي صحيح البخاري “الحديث. هذا هو الجواب، والله الموفق للصواب
“Dengan
meminta pertolongan Allâh untuk mendapat kebenaran... Adapun menjaga kebun
dengan do’a dan anjing, hukumnya boleh. Dan keterangan hadits pun telah
menjelaskan demikian. Sungguh banyak sekali keterangan syara’ yang menjelaskan
tentang do’a-do’a dan zikir-zikir seorang musafir ketika
menempati rumah dengan tujuan menginap. Do’a dan zikir tersebut menjadi
penyebab (atas izin dan kehendak Allâh-pen.) terjaganya tempat
tersebut dari segala malapetaka dan marabahaya dan juga dari kejahatan jin atau
manusia. Ketika seseorang membaca do’a-do’a atau zikir-zikir tersebut, yaitu
menurut apa yang dinukil dari syara’ dengan tujuan menjaga kebunnya, hartanya,
kebunnya, anaknya atau lainnya, maka yang demikian itu diperbolehkan dan bahkan
hukumnya sunnah…” (Hasyiyyah al-Jamal, hlm. 21, juz. V.)
Adapun
sihir, maka jelas dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah secara qath’i (pasti,
tegas) melarangnya, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama.
Tata
Cara atau Praktik Ruqyah Tempat
Lalu
bagaimana praktik meruqyah tempat? Syaikh
Wahid bin ‘Abdus-Salam Bali dalam kitab Wiqaayatul Insaan Min al-Jin wa
asy-Syaythaan (beliau menukil kitab al-Waabil ash-Shayb) menuturkan:
١- تذهب أنت واثنان معك إلى هذا البيت وتقول: أناشدكم بالعهد الذي أخذه
عليكم سليمان أن تخرجوا وترحلوا من بيتنا. أناشدكم الله أن تخرجوا ولا تؤذوا أحدًا
– تكرر هذا ثلاثة أيام
٢- إذا استشعرت بعد ذلك بشيء في البيت تحضر ماءً في إناء وتقرب فاك منه
وتقول – الأدعية الرقية ومنها سورة الصافات: ١-١٠
٣- ثم تتبع بهذا الماء جوانب الدار فتضع منه في كل جانب من جوانبها؛
فيخرجون بإذن الله تعالى
Yakni
dengan penjelasan sebagai berikut:
Pertama, sampaikan peringatan. Kata-kata memiliki pengaruh
terhadap manusia, sebagaimana disampaikan Imam Ibnu Qayyim. Peringatan
yang dimaksud bisa dengan kata-kata ini:
أَنْشُدُكُمْ بِالْعَهْدِ الَّذِيْ
أَخَذَهُ عَلَيْكُمْ سُلَيْمَانُ أَنْ تَخْرُجُوْا وَتَرْحَلُوْا مِنْ بَيْتِنَا.
أُنَا شِدُكُمُ اللهَ أَنْ تَخْرُجُوْا وَلاَ تُؤْذُوْا أَحَدًا
“Aku
peringatkan kalian dengan sumpah yang pernah diucapkan Nabi Sulaiman kepada
kalian; keluarlah dan pergilah kalian dari rumah kami. Aku sumpah kalian dengan
nama Allâh; keluarlah kalian dan janganlah kalian menyakiti seorang pun.”
Hal
ini berdasarkan kata-kata peringatan yang dicontohkan Rasûlullâh –shallaLlâhu ‘alayhi wa sallam– ketika beliau mengusir syaithân golongan jin yang menyerupai ular rumah. Rasûlullâh –shallaLlâhu ‘alayhi wa sallam– bersabda:
إِنَّ لِهَذِهِ الْبُيُوتِ عَوَامِرَ
فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْهَا فَحَرِّجُوا عَلَيْهَا ثَلَاثًا فَإِنْ ذَهَبَ
وَإِلَّا فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّهُ كَافِرٌ
“Sesungguhnya di dalam
rumah-rumah ada sekelompok jin, jika kalian melihat sesuatu dari mereka maka
persempitlah untuknya tiga hari jika ia bersedia pergi, dan jika tidak maka
bunuhlah karena sesungguhnya dia kafir.” (HR.
Muslim)
Al-Hafizh al-Nawawi menjelaskan
bahwa bentuk ‘mempersempit’ dalam hadits tersebut: al-Qadhi berkata; Ibnu
Hubaib telah meriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
أَنْشُدُكُمْ بِالْعَهْدِ الَّذِي
أَخَذَهُ عَلَيْكُمْ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ أَنْ لاَ تُؤْذُوْنَنَا وَ لاَ
تَظْهَرَنَّ لَنَا
“Aku
peringatkan kamu dengan janji yang telah diambil oleh Sulaiman bin Daud atas
kalian, hendaklah kalian tidak menyakiti kami dan tidak menampakkan diri kepada
kami.” (Wiqâyatul
Insân min al-Jin wa al-Syaithân, Syaikh Wahid ‘Abd al-Salam Bâli)
Kedua, bacakan do’a-do’a ruqyah syar’iyyah dan
tiupkan pada air yang dicampur garam (sebagaimana keterangan hadits mengenai
air yang dicampur garam:
بَيْنَا رَسُوْلُ الله ِ -صلى الله
عليه وسلم -يُصَلِّيْ إِذْ سَجَدَ، فَلَدَغَتْهُ عَقْرَبٌ فِيْ أَصْبُعِهِ،
فَانْصَرَفَ رَسُوْلُ اللهِ ِ-صلى الله عليه وسلم – وَقَالَ: لَعَنَ اللهُ
اْلعَقْرَبَ مَا تَدَعُ نَبِيًّا وَلاَ غَيْرَهُ. قَالَ: ثُمَّ دَعَا بِإِنَاءٍ
فِيْهِ مَاءٌ وَمِلْحٌ، فَجَعَلَ يَضَعَ مَوْضِعَ اللَّدَغَةِ فِيْ الْمَاءِ
وَالْمِلْحِ، وَيَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حَتَّى
سَكَنَتْ
“Ketika Rasûlullâh –shallaLlâhu ‘alayhi wa sallam– sedang sujud dalam shalatnya, jari beliau disengat
Kalajengking. Setelah selesai shalat, beliau bersabda, ‘Semoga Allâh melaknat
Kalajengking yang tidak memandang nabi atau selainnya.’ Lalu beliau mengambil
wadah (ember) yang berisi air dan garam. Kemudian beliau meletakkan bagian
tangan yang tersengat Kalajengking dalam larutan air dan garam (merendamnya),
seraya membaca surat al-Ikhlâsh, al-Falaq dan al-Nâs, sampai beliau merasa
tenang.” (HR. al-Baihaqi, hadits Hasan: Imam al-Haitsami menyatakan bahwa sanad
hadîts tersebut hasan)
Imam ‘Abd al-Rauf al-Manawi
menjelaskan: “Dalam riwayat itu Rasûlullâh telah memadukan antara obat yang
bersifat alami dengan obat yang bersifat Ilahi. Sedangkan surat Ikhlâsh yang beliau baca, mengandung
kesempurnaan tauhid, dari sisi pengetahuan dan keyakinan. Adapun surat
al-Mu’awwidzatayn (al-Falaq dan al-Nâs) mengandung permohonan perlindungan dari
segala hal yang tidak disukai, secara global dan terperinci. Dan garam yang
beliau gunakan, merupakan materi yang sangat bermanfaat untuk menetralisir
racun.”
Adapun tiupan dalam praktik ruqyah ini sebagaimana penjelasan Imam Ibn al-Atsir –rahimahullaah- yang berkata:
النَّفْثُ : شبيه بالنَّفخ وهو أقل من
التَّفْل ، لأن التَّفْل لا يكون إلا ومعه شيءٌ من الرِّيِق
“al-Naftsu yakni
seperti dengan al-nafkhu yakni dibawah al-Taflu, karena al-Taflu tidak
mengandung sesuatu kecuali air liur.” (Al-Nihaayah fii Ghariib al-Hadiits (5/87))
Ketiga, memercikkan air
tersebut ke sudut-sudut tempat yang diruqyah. Syaikh Wahid bin
‘Abdus-Salam Bali menjelaskan: “Kemudian bawalah air tersebut ke seluruh
penjuru (sudut-sudut) rumah, dan letakkanlah (dipercikkan) sebagiannya di
setiap penjuru rumah, maka dengan izin Allâh mereka (syayâthîn) akan keluar. Lakukanlah cara pengobatan ini dengan niat
ikhlas ketika membaca do’a tersebut dan memohon pertolongan kepada Rabb langit
dan bumi.”
Mengenai
cara ini ada penjelasan lebih lengkap dari Syaikh al-Tihamiy, yang menunjukkan
praktik meruqyah tempat (khususnya kamar pengantin). Beliau berkata
dalam kitabnya yang berbicara tentang pernikahan:
“Dan
diantara tata krama bersetubuh juga adalah apa yang diisyaratkan beliau (Syaikh
Ibnu Yamun) dengan ucapannya (sya’ir):
وغسلك اليدين والرّجلين في # آنية
منها فهاك واقتف
ورشّه في كلّ ركن جاء # فاحفظ وقيت
البأس والضّرّاء
“Dan
basuhanmu kedua tangan dan kedua kaki sang istri di dalam # wadah, maka
ambillah dan ikutilah. Dan menyiramnya ke setiap sudut rumah yang datang # maka
peliharalah, niscaya engkau dijaga dari bahaya dan bencana.”
Syaikh
at-Tihami pun menjelaskan:
فأخبر رحمه الله أنّه يطلب من
الزّوج أيضا وقت الدّخول قبل أن يضع يده على ناصيتها أن يغسل طرف يدى العروسة
ورخليه بماء في آنية، ويسمّى الله تعالى ويصلّى على رسوله -صلى الله عليه وسلم-
ثمّ يرش بذٰلك الماء أركان البيت. فقد ورد أن فعل ذٰلك ينفى الشّرّ والشّيطان بفضل
الله تعالى
“Maka Syaikh Ibnu Yamun
memberitahukan bahwasanya seorang suami juga dituntut waktu hendak bersetubuh
sebelum meletakkan tangannya di atas ubun-ubun istri, agar membasuh ujung kedua
tangan pengantin wanita dan kedua kakinya dengan air di dalam wadah,
mengucapkan asma Allâh dan bershalawat atas Rasûlullâh SAW,
kemudian memercikkan air tersebut ke sudut-sudut rumah. Karena sungguh telah sampai (keterangan) bahwasanya
melakukan hal itu akan meniadakan (menangkal) hal buruk dari syaithân, dengan
sebab keutamaan (keagungan) Allâh.” (Qurratul
‘Uyûn bi Syarhi Nazham Ibnu Yâmûn, At-Tihami)
Bacaan yang Dibaca?
Seluruh ayat al-Qur’an pada
dasarnya boleh digunakan dalam ruqyah syar’iyyah, namun di antaranya yang
direkomendasikan:
- Al-Faatihah
- Al-Baqarah: 1-5, 255-257, 3 ayat terakhir
- Ash-Shaaffaat: 1-10
- Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Naas
- Dan do’a-do’a perlindungan, kesembuhan dari as-Sunnah.
Download do'a-do'a ruqyah syar'iyyah: Link Download
Selamat mencoba, syari’at yang agung telah mengajarkan kita tata cara yang syar’i, sederhana namun jitu (pengalaman) bi idzniLlaah. []
Selamat mencoba, syari’at yang agung telah mengajarkan kita tata cara yang syar’i, sederhana namun jitu (pengalaman) bi idzniLlaah. []
Comments
Post a Comment